Berita Hawzah – Hujjatul Islam Muhammad Husein Jamalzadeh, peneliti filsafat dan ilmu sosial, pada Senin dalam program televisi Aftab-e Sharqi (Mentari Timur) menekankan pentingnya spiritualitas dalam kehidupan manusia modern. Ia menyatakan bahwa “spiritualitas adalah mata rantai yang hilang dalam masyarakat masa kini, dan hanya akan berpengaruh bila berjalan seiring dengan rasionalitas dan keadilan.”
Jamalzadeh menegaskan peran spiritualitas dalam pembentukan kepribadian manusia. Menurutnya, banyak masyarakat yang hancur karena menyingkirkan spiritualitas. “Keistimewaan Islam adalah mendefinisikan manusia secara utuh, sebagai makhluk yang bersifat material sekaligus spiritual,” ujarnya.
Ia mengingatkan bahwa spiritualitas tidak cukup hanya mengenali dimensi material dan spiritual manusia, tetapi harus berpadu dengan akal sehat dan keadilan. “Jika spiritualitas berdiri sendiri tanpa rasionalitas atau keadilan, maka ia tidak akan indah dan sempurna,” tegasnya.
Peneliti filsafat dan ilmu sosial ini juga menekankan bahwa spiritualitas harus hadir dalam kehidupan sehari-hari dan menghadapi tantangan masyarakat, bukan sekadar menarik diri. “Manusia, untuk memanfaatkan potensi yang dianugerahkan Tuhan, harus dibekali dengan spiritualitas,” katanya.
Mengutip sabda Amirul Mukminin Ali ('alaihis salam), “Dalam pergantian keadaan, tampaklah hakikat manusia,” Jamalzadeh menekankan bahwa spiritualitas sejati terlihat dalam kehidupan nyata dan dalam menghadapi perubahan serta tantangan. “Spiritualitas harus berjalan bersama rasionalitas agar mampu menata urusan individu, keluarga, dan masyarakat,” jelasnya.
Ia mencontohkan bentuk spiritualitas yang tidak rasional dan tidak adil, yang justru menjerumuskan manusia. “Spiritualitas tanpa keadilan dan rasionalitas akan membawa manusia pada pengingkaran diri bahkan kejahatan. Sejarah menunjukkan hal itu, seperti kelompok Khawarij yang tampak religius secara lahiriah, tetapi tidak memiliki keadilan dan kebijaksanaan,” ujarnya.
Jamalzadeh menutup dengan menegaskan bahwa spiritualitas yang tidak adil bukan hanya menyesatkan, tetapi juga bertentangan dengan Islam dan hakikat spiritualitas itu sendiri. “Karena itu, spiritualitas sejati harus hadir bersama rasionalitas dan keadilan dalam kehidupan individu maupun masyarakat,” pungkasnya.
Your Comment